TEKNOLOGI PERALATAN YANG DIHASILKAN MANUSIA PURBA Moslem.Blog: TEKNOLOGI PERALATAN YANG DIHASILKAN MANUSIA PURBA

TEKNOLOGI PERALATAN YANG DIHASILKAN MANUSIA PURBA

Sunday, November 22, 2009

BAB I
PENDAHULUAN
Tahap kehidupan bermukim dan berladang merupakan masa bercocok tanam tahap awal. Kehidupan manusia purba pada masa ini mengalami perkembangan. Secara berangsur-angsur mereka meninggalkan masa berburu dan berpindah-pindah dan mereka mulai hidup menetap dengan mendirikan tempat pemukiman atau membuat rumah-rumah. Untuk menjaga keamanan maka mereka tinggal bersama dalam satu rumah dan hidup secara mengelompok. Sesudah mendirikan pemukiman, mereka tidak lagi mencari dan mengumpulkan makanan, mereka sudah mulai belajar menanam tanaman yang diperlukan, melakuakan bercocok tanam daerah ladang- ladang bekas hutan.
Dalam melakuakan cocok tanam, pada tahap awal sangat sederhana. Disamping itu mereka juga masih tergantung pada alam, mereka berpindah tempat bila ladang yang ditanami sudah tidak subur lagi. mereka mendapatkan ladang yang subur dengan cara membuka hutan yang baru, Di samping bercocok tanam juga melakuakan berburu
Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengenal tradisi mengupam ( mengasah ) alat-alat dari batu. Alat-alat yang pada umumnya diupam ( diasah) ialah beliung dan kapak dari batu. Di beberapa tempat mata panah dan mata tombak juga diupam. Beliung dan kapak batu ditemukan tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia. Dalam masa bermukim dan berladang dibuat pula alat-alat seperti mata panah yang dipergunakan sebagai alat berburuh, gerabah sebagai peralatan hidup maupun alat-alat pemukul kulit kayu dan perhiasan.

BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahap kehidupan bercocok tanam di persawahan mereka sudah mengenal cara percocok tanam secara teratur. Mereka sudah mengenal sistim pengairan secara sederhana. Disamping bertani mereka juga sering memelihara ternak sebagai usaha sampingan. Mereka memelihara ternak juga untuk membantu dalam mengelolah tanah di persawahan yaitu untuk membajak tanah persawahan. Dalam kehidupan budaya, pada tahap kehidupan bercocok tanam di persawahan manusia sudah mengenal berbagai peralatan hidup. Lebih-lebih pada masa pertukangan manusia sudah mempunyai kebudayaan yang lebih maju. Di antara hasil-hasil budaya tahap kehidupan bercocok tanam pada saat itu adalah :
a. Kapak Perunggu
Mula-mula kapak perunggu bentuknya tidak berbeda dengan kapak batu. Bahkan sering terdapat tanda-tanda bahwa orang memang sengaja membuat alat-alat perunggu tersebut dengan bentuk alat-alat dari batu. Hal ini merupakan kebiasaan manusia yang sulit ditinggalkan. Namun lambat laun bentuk kapak perunggu mengalami perubahan, karena benda perunggu dapat dilebur dan mudah dicetak maka bentuk kapak-kapak perunggupun bermacam-macam jenisnya. Dianatara terdapat jenis kapak sepatu atau kapak corong karena bentuk seperti sepatu. Dan bagian atas kapak berbentuk corong sebagai tempat untuk tangkai kayu yang menyiku kepada bidang datar, maka disebut kapak corong. Jenis kapak sepatu atau kapak corong ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan sekitar Danau Sentani di Irian Jaya.

b. Nekara dan Moko
Nekara perunggu ialah semacam tambur besar yang terbentuk seperti dandang yang terbalik atau ditelungkupkan. Nekara ditemukan antara lain di Sumatra, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Kepulauan Kei, dan Irian. Nekara berukuran kecil disebut moko atau mako oleh orang Alor dan Kendang perunggu oleh penduduk Pulau Pantar. Sampai abad ke-20 moko ini masih dibuat orang di Gersik (Jawa Timur). Dari sana dibawah oleh pedagang Bugis ke daerahnya. Kemudian terus disebarkan ke daerah-daerah Flores dan Kepulauan Solor. Nekara yang ditemukan di Indonesia jarang diketemukan dalam keadaan utuh, melainkan nekara-nekara tersebut dalam keadaan rusak, bahkan banyak yang berupa pecahan- pecahan belaka.
c. Bejana Perunggu
Bejana perunggu ini berbentuk bulat seperti keranjang untuk tempat ikan, diikatkan kalau orang mencari ikan. Bejana ini dibuat dari dua buah lempengan perunggu yang cembung dilekatkan dengan catuk besi di sisi-sisinya. Bejana ini ada yang polos dan ada yang dihias dengan pola huruf atau anyaman
` d. Perhiasan Perunggu
Banyak perhiasan dari perunggu yang telah ditemukan, misalnya gelangan tangan, gelang kaki, cincin, kalung dan bandulnya. Umumnya benda-benda itu tidak diberi pola hias. Daerah penemuannya adalah Bogor, Malang, Bali, dan Sumatra Selatan.


e. Arca Perunggu
Bentuk arca (patung) bermacam-macam ada yang berbentuk orang dan ada yang berbentuk binatang, misalnya bentuk orang sedang menari, berdiri, naik kuda, memegang panah. Daerah penemuannya Bangkinang (Riau), Lumajang, dan Bogor
Kehidupan bercocok tanam dipersawahan adalah merupakan tahap kehidupan bercocok tanam tingkat lanjut. Pada masa ini orang sudah mengenal berbagai alat yang terbuat dari batu dan tulang. Peralatan yang dibuat sudah halus dan lebih baik dari peralatan pada masa sebelumnya. Di samping itu dalam perkembangan selanjutnya mereka juga mengembangkan peralatan hidup yang terbuat dari perunggu dan besi
Benda dari besi maupun perunggu ini bias dilebur dengan api sehingga mereka dapat membuat dalam berbagai bentuk. Mereka dapat membuat alat-alat yang lebih bagus dan banyak kegunaannya. Jika benda dan perunggu dikenal di Indonesia ialah : nekara, bermacam-macam kapak, bejana, boneka-boneka atau arca-arca, perhiasan, dan senjata-enjata. Kadang-kadang ada benda yang dibuat sangat bagus sekali sehingga tidak dipergunakan sebagai alat keperluan sehari-hari tetapi di simpan sebagai benda pusaka.
Alat-alat pada zaman purba dapat memberikan petunjuk bagaimana cara manusia purba hidup. Mereka hidup dari berburu dan mengumpulkan bahan makanan (meramu) sehingga alat- alat utmanya adalah alat berburu. Alat-alat tersebut mereka gunakan untuk memotong-motong daging dan tulang-tulang dari binatang buruan yang mereka peroleh. Disamping itu mereka juga membutuhkan alat-alat untuk mengeluarkan umbi-umbi dari dalam tanah.
Pada zaman itu juga manusia purba sudah menggunakan api. Api tersebut diperoleh dengan membenturkan sebuah batu dengan batu yang disebut batu api, sehingga menimbulkan percikan api. Percikan api tersebut digunakan untuk membakar bahan yang mudah terbakar seperti lumut kering, sabut kelapa kering, dan sebagainya, sehingga menimbulkan bara api yang cukup besar.
Dari temuan-temuan yang ada, dapat diketahui bahwa kemampuan manusia purba sangat terbatas. Pikiran mereka sederhana dan mereka dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bahan yang disediakan oleh alam. Mereka belum mampu membuat peralatan seperti sekarang ini. Mereka membuat peralatan hidup dari batu, kayu, dan tulang. Cara pembuatan juga sederhana sekali
Pada tingkatan permulaan, cara pembuat peralatan ditunjuk pada kegunaannya kemudian, baru ditingkatkan cara pembuatannya. Karena peralatan manusia purba pada waktu itu kebanyakan terbuat dari batu, maka zaman itu disebut zaman batu.
Di anatara alat-alat dari batu yang pernah ditemukan adalah: kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, serpih bilah, dan lain-lain. Dari temuan tersebut yang paling menonjol adalah kapak-kapak perimbas. Kapak perimbas tersebar luas di tanah air kita. Pembuat alat-alat dari batu yang masih kasar tersebut diduga adalah manusia jenis Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolihikum (batu tua). Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Kali Basoka, daerah Punung Kabupaten pacitan (Jawa Timur) yang kemudian disebut budaya Pacitan.
Adapun juga jenis alat-alat dari batu yang digunakan manusia pada tahap kehidupan bermukim dan berladang akan jelas berikut ini :

1. Beliung Persegi
Dianatara alat-alat batu yang paling menonjol dari masa ini di Indonesia ialah beliung persegi. Beliung persegi ini bentuknya hampir seperti pacul, namun tidaklah selebar dan sebesar pacul zaman sekarang. Beliung itu dipergunakan untuk mengerjakan kayu, misalnya pada waktu membuat rumah atau perahu.Beliung persegi ini ditemukan hampir diseluruh kepulauan Indonesia. Beliung persegi ini terbuat dari batu api (Chalcedon) dan pembuatannya sudah diasah.
2. Kapak Lonjong
Penampang lintangnya berbentuk lonjong, bentuk keseluruhan bulat telur. Ujung yang agak lancip dikaitkan ditangkai, ujung yang bulat diasah sampai tajam. Bahan yang dipergunakan adalah batu kali yang berwarna kehitaman seperti kapak-kapak batu yang sampai saat ini masih dipergunakan di Irian. Kapak ini juga dibuat dari jenis batu nefrit yang berwarna hijau tua yang diperoleh dari segumpal batu yang diserpih atau dari karakal yang sudah sesuai bentuknya. Setelah permukaan batu itu diratakan, kemudian diasah sampai halus.
Kapak lonjong mempunyai ukuran bermcam-macam. Kapak lonjong kecil mungkin berguna sebagai wasiat. Di antara kapak-kapak lonjong itu ada juga yang hanya dipergunakan untuk keperluan upacara saja. Bahan batunya lebih bagus daripada bahan untuk perkakas biasa. Cara pembuatannya jauh lebih halus pula. Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia hanya terbatas di daerah bagian timur saja. Sedangkan di daerah lain sampai sekarang tidak ditemukan.
3. Mata Panah
Pada kehidupan bermukim dan berladang manusia purba juga masih melakukan perburuan. Untuk melakukan berburu mereka membuat mata panah dari batu. Ada dua tempat penemuan yang penting di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
4. Tembikar (Gerabah)
Pada tahap kehidupan bermukim dan berladang manusia sudah mengenal gerabah sebagai peralatan hidup. Namun cara atau teknik pembuatan gerabah pada masa bercocok tanam tingkat awal saat itu masih sangat sederhana. Pembuatan gerabah pada saat itu dikerjakan dengan tangan. Sedangkan penggunaan roda landasan yang berputar (pelarikan) belum banyak bukti-bukti yang mendukung penggunaan alat tersebut pada masa itu.
5. Perhiasan
Dalam masa bercocok tanam tingkat awal, perhiasan berupa gelang dari batu, dan kerang rupa-rupanya sudah dikenal. Untuk membuat gelang ini, maka pertama-tama bahan batu dipukul-pukul sehingga diperoleh bentuk-bentuk yang bulat gepeng. Dengan jalan menggosok dan mengasah maka diperolehnya yang dikehendaki. Bahan gelang itu terdiri atas batu pilihan seperti batu agat, kalsedon, dan yasper yang berwarna putih, kuning, cokelat, merah, dan hijau. Selain gelang dari batu juga ditemukan juga ditemukan kalung dari batu akik. Perhiasan-perhiasan seperti itu pada umumnya ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat–alat pada zaman purba dapat memberikan petunjuk bagaimana cara manusia purba hidup. Mereka hidup dari berburu dan mengumpulkan bahan makanan (meramu) sehingga alat-alat utamanya adalah alat keperluan untuk berburu.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar para pembaca mengetahui tentang teknologi peralatan yang dihasilkan oleh manusia purba secara rinci dengan memahami berbagai faktor dan aspek serta tujuan dari penggunaan alat – alat teknologi tersebut.









DAFTAR ISI

Judul Halaman

Halaman Judul ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... .. iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................
II. PEMBAHASAN ..............................................................................................
III. KESIMPULAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................









0 comments:

Post a Comment