Showing posts with label Mata Kuliah. Show all posts
Showing posts with label Mata Kuliah. Show all posts

Titrasi redoks adalah....?

Thursday, January 6, 2011

Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun organik.
Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri danm permanganometri.
Iodimetri dan Iodometri
Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :
I2 + 2 e → 2 I- Eo = + 0,535 volt
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.
Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodine.
Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji atau amilosa.
READ MORE - Titrasi redoks adalah....?

Titrasi Argentometri adalah....?

Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang digunakan untuk menetapakan perak dan senyawa halida. Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Empat teknik argentometri telah dikembangkan yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans dan Liebig.
Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral. Larutan standar yang dipergunakan adalah perak nitrat, dengan indikator kalium kromat. Pada penambahan perak nitrat akan terbentuk endapan berwarna putih sampai mencapai titik ekivalen, penambahan sedikit saja perak nitrat akan menyebabkan terjadi endapan merah yang berasal dari perak kromat. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromida sudah bereaksi.
Teknik Volhard, dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan Fajans dan Liebig kedua-duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalensi titrasi. Fajans mnegembangkan indikator adsorbsi, dimana warna teradsorpsi pada permukaan endapan sehinga terjadi perubahan warna pada endapan sebagai titik akhir titrasi. Sedangkan Liebig terbentuknya larutan yang kurah karena adanya senyawa kompleks sianida.
READ MORE - Titrasi Argentometri adalah....?

Titrasi Nitrimetri adalah....?

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indicator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan infikator dalam titrasi ini adalah :
KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru)
Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan metilen blue sebagai indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat ditentukan dengan teknik potensiometri menggunakan platina sebagai indikator elektroda dan saturated calomel elektroda sebagai elektroda acuan.
READ MORE - Titrasi Nitrimetri adalah....?

Sentrifugasi adalah....?

Campuran heterogen terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat jenis berdekatan sulit dipisahkan. Membiarkan senyawa tersebut terendapkan karena adanya grafitasi berjalan sangat lambat. Beberapa campuran senyawa yang memiliki sifat seperti ini adalah koloid, seperti emulsi.
Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran ini adalah teknik sentrifugasi, yaitu metode yang digunakan dalam untuk mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi pada partikel-partikelnya.
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan (Gambar 15.6).
gambar 15.6
Gambar 15.6. Pengendapan dengan teknik sentrifugasi
Mari kita perhatikan proses pembuatan minyak kelapa, dimana teknik pemisahan sentrifugasi cukup berperan. Buah kelapa dihancurkan, dan diperas sehingga didapat bagian santan. Didalam santan terdapat campuran minyak dengan air. Dengan melakukan sentrifugasi dengan kecepatan antara 3000-3500 rpm, maka terjadi pemisahan dan terdapat dua bagian yaitu fraksi kaya minyak (krim) dan fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.
Dalam pengolahan minyak kelapa, sering juga dilakukan modifikasi khususnya dalam pemisahan krim untuk mendapatkan bagian minyak. Modifikasi tersebut dilakukan dengan cara pemanasan krim, dan akan dihasilkan padatan dan minyak, selanjutnya dengan penyaringan kita dapatkan minyak kelapa yang bersih dan jernih.
READ MORE - Sentrifugasi adalah....?

arti kata Gravimetri.....?

Saturday, January 1, 2011

Dalam analisis kuantitatif selalu memfokuskan pada jumlah atau kuantitas dari sebuah sampel, pengukuran sampel dapat dilakukan dengan menghitung berat zat, menghitung volume atau menghitung konsentrasi. Gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui penghitungan berat zat. Sehingga dalam gravimetri produk harus selalu dalam bentuk padatan (solid).
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram, namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan mili gram. Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical balance.
Dalam melakukan analisis dengan teknik gravimetric, kemudahan atau kesukaran dari suatu zat untuk membentuk endapan dapat diketahui dengan melihat kelarutannya atau melihat harga dari hasil kali kelarutan yaitu Ksp. Jika harga Ksp suatu zat kecil maka kita dapat mengetahui bahwa zat tersebut sangat mudah membentuk endapan. Ingat definisi kelarutan; kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut adalah jumlah zat tersebut sebanyak-banyaknya yang dapat larut dalam pelarut pada suhu tertentu sehingga larutan tepat jenuh. Untuk hal tersebut perhatikan harga konstanta hasil kali kelarutan atau Ksp pada Table 15.1.
tabel 15.1
Tabel 15.1. Harga Ksp dari beberapa senyawa
Dalam reaksi pembentukan endapan, dimana endapan merupakan sampel yang akan kita analisis, maka dengan cermat kita dapat memisahkan endapan dari dari zat-zat lain yang juga turut mengendap. Proses ini cukup sulit dilakukan, namun cara yang paling umum adalah mengoksidasi beberapa zat yang mungkin mengganggu sebelum reaksi pengendapan dilakukan.
Pencucian endapan merupakan tahap selanjutnya, proses pencucian umumnya dilakukan dengan menyaring endapan, yang dilanjutkan dengan membilasnya dengan air. Tahap akhir dari proses ini adalah memurnikan endapan, dengan cara menguapkan zat pelarut atau air yang masih ada didalam sampel, pemanasan atau mengeringkan dalam oven lazim dilakukan. Akhirnya penimbangan sampel dapat dilakukan dan hasil penimbangan adalah kuantitas sampel yang dianalisis.
READ MORE - arti kata Gravimetri.....?

arti kata Filtrasi Adalah......?

Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat.
Proses filtrasi yang sederhana adalah proses penyaringan dengan dengan media filter kertas saring (Gambar 15.4). Kertas saring kita potong melingkar jika masih bentuk lembaran empat persegi panjang atau kubus, jika telah berbentuk lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat dengan corong pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahkan, sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari tinggi kertas. Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan partikel padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrat.
gambar 15.4
Gambar 15.4. Pemisahan dengan kertas saring tanpa tekanan (adanya grafitasi)
Proses pemisahan dengan cara filtrasi dapat kita bedakan berdasarkan adanya tekanan dan tanpa tekanan. Contoh diatas merupakan proses pemisahan tanpa tekanan, dimana cairan mengalir karena adanya gaya grafitasi. Pemisahan ini sangat cocok untuk campuran heterogen dimana jumlah cairannya lebih besar dibandingkan partikel zat padatnya.
Proses pemisahan dengan tekanan, umumnya dengan cara di vakumkan (disedot dengan pompa vakum). Proses pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padatnya lebih besar dibandingkan dengan cairannya. Perhatikan Gambar 15.5, pada halaman berikut.
gambar 15.5
Gambar 15.5. Pemisahan dengan cara meningkatkan tekanan
READ MORE - arti kata Filtrasi Adalah......?

Keanehan ion Karbenium

Suatu pandangan yang penting kedalam mekanisme reaksi hidrokarbon telah diungkapkan oleh para ilmuwan yang sedang di Perancis.
Transformasi terkatalisis dari hidrokarbon sangatlah penting pada industi petrokimia akan tetapi kelambanan mereka haruslah diatasi dengan dikerjakan dibawah tekanan dan suhu yang tinggi. Jean Sommer dan para koleganya pada University of Strasbourg telah menunjukkan keberadaan beberapa ion karbenium pada transformasi hidrokarbon pada katalis mineral zeolite. Beberapa ion tersebut pada umumnya diterima sebagai intermediate reaksi namun formasi mereka sepenuhnya belumlah dimengerti.
Sommer menggunakan suatu kombinasi pengukuran NMR dan melabeli bahan pertama guna mendeteksi keberadaan beberapa ion karbenium. Dia menjelaskan bahwa: ‘Kita menunjukkan keberadaan beberapa intermediate tersebut pada zeolite meski pada  suhu ruangan, suatu titk kontroversial pada katalis asam padat.’
Beberapa intermediate ion karbenium pada zeolites telah terlihat menggunakan NMR
‘Beberapa ion karbenium umumnya muncul pada konsentrasi yang sangat rendah, dan selanjutnya sangat sulit untuk dideteksi dan diamati,’ Sommer melanjutkan. ‘Pekerjaan kami mengkonfirmasikan bahwa mereka merupakan intermediate yang perlu dalam memebrikan logika pada reaktifitas hidrokarbon.’
Pierre Esteves, seorang ahli pada carboacation kimiawi pada Federal University of Rio de Janeiro, Brazil, mengomentari bahwa, ‘penggunaan yang elegan dari NMR digabungkan dengan hidrokarbon terklabeli secara isotopis menunjukkan bahwa bukti yang kuat dari perilaku carbocations didalam beberapa katalis berpori tersebut, bahkan pada suhu ruangan sekalipun.’
Langkah berikutnya, menurut Sommer, adalah menemukan jika reaksi tersebut bertempat didalam lubang zeolite atau pada luaran permukaan katalis tersebut.
Michael Spencelayh
READ MORE - Keanehan ion Karbenium

Percobaan Argentometri Dengan Metode Mohr

Tuesday, November 23, 2010

jangan salah mungkin yang anda cari ada disini
Decision PointsThe Gift
READ MORE - Percobaan Argentometri Dengan Metode Mohr

Orbita dan Organ Accesorius Mata

Thursday, May 6, 2010


A. ORBITA
Orbita adalah lekukan tulang yang berisi bola mata,yang pada bola mata itu hanya seperlimanya yang terisi rongga orbita dan sisa dari rongga berisi jaringan ikat dan adiposa. Orbita dibentuk oleh beberapa tulang yakni seperti pada kuda yang dibentuk Os. Frontalis,Os.zygomatikus,Os. Lacrimalis,Maxilaris,Sphenoid,Palatine dan Temporale.
Pada orbita juga ditemukan beberapa foramina untuk tempat keluar atau masuknya syaraf dan pembuluh darah. Foramina  itu berbeda-beda pada berbagai hewan. Foramina tersebut ini meliputi:
1.      Fissure orbitalis (pada kuda membentuk foramen orbitalis)
2.      Foramen alare rostralis dan caudalis
3.      Foramen ovale
4.      Foramen supraorbitalis
5.      Foramen ethmoidalis
6.      Foramen opticus
7.      Foramen maxillaris
8.      Foramen sphenopalatine
9.      Foramen rotundum (roundalis)
10.  Foramen palatine
Pada sapi foramen orbitalis bergabung dengan foramen rotundum menjadi foramen orbitorotundum.Bentuk dan kedalaman orbita menentukan penampakan mata,luas lapangan pandang,dan kemampuan perlindungan terhadap mata dan jaringan sekitarnya.selain itu,orbita juga berfungsi sebagai perlekatan otot diluar bola mata.
 
B. ORGAN ACCESORIUS MATA
            Organ accessories mata meliputi palpebrae dan konjungtiva, fascia orbita, otot bulbus oculi, aparatus lacrimalis. Palpebrae terdiri dari 3 buah yaitu:
§         Palpebra superior (kelopak mata atas)
§         Palpebra inferior (kelopak mata bawah)
§         Palpebra tertia (kelopak mata ketiga)
Palpebrae Superior dan Inferior
            Pada permukaan luar kelopak mata ini terdapat rambut. Jumlah kelenjar sebaceous (kelenjar minyak) dan kelenjar sudorifeus (kelenjar keringat) sedikit pada sebagian besar hewan domestika, kecuali babi yang memiliki kelenjar tersebut dalam jumlah yang berlimpah.
            Di sekitar pertengahan kelopak mata terdapat serabut otot orbicularis oculi. Pada kelopak mata atas juga ditemukan otot levator palpebra superioris yang berfungsi mengangkat kelopak mata atas. Sedangkan pada kelopak mata bawah ditemukan otot malaris yang berfungsi menarik kelopak mata bawah ke bawah.
Pergerakan kelopak mata atas dan bawah tidak sama pada hewan. Pada beberapa mammalia kelopak mata atas lebih bergerak saat ditutup, sedangkan pada unggas mata bawah lebih bergerak saat matanya ditutup.
Di bawah kulit terdapat otot levator anguli oculi medialis yang menimbulkan pengkerutan kulit di sudut medial mata. Pada tepi (margo) kelopak mata ditemukan rambut khusus yang disebit cilia. Diameter dan panjang cilia pada kelopak mata bawah lebih kecil. Cilia juga tidak ada pada karnivora dan babi. Bendel otot arrectores ciliorrum yang membentang dari tarsus sampai ke folikel cilia ditemukan pada ruminansia. Rambut taktil yang lebih panjang juga ditemukan pada permukaan kelopak mata atas dan bawah pada sejumlah hewan ddomestika.
Sejumlah kelompok kelenjar ditemukan pada kelopak mata atas dan bawah. Selain kelenjar tarsal, terdapat kelenjar sebaceous (glandula Zeis), kelenjar sudariferous (glandulae ciliares/glandula moll), dan glandulae conjuctivales (glandula Krause) yang terletak pada dasar cilia. Kelenjar sebaceous dan sudoriferous juga ditemukan di bawah epitel pada permukaan anterior kelopak mata.
Ruang antara kelopak mata atas dan bawah adalah rima palpebrarum (fissure palpebra). Ujung atau sudut fissura palpebra disebut canthi (lateral atau medial). Sudut mata lateral menjadi lebih bundar saat mata dibuka, sedangkan sudut mata medial tetap lebih sempit.
Sudut mata medial berbentuk “u” dan terdapat lekukan kedaerah nasal yang disebut “danau lakrimalis”. Terdapat penonjolan yang berpigmen disudut mata medial yang disebut caruncula lacrimalis. Beberapa cilia kadang – kadang ditemukan pada carancula, dan mukosa carancula mungkin berwarna merah atau coklat gelap tergantung specialis dan warna tubuhnya.

Kelopak Mata Ketiga
            Kelopak mata ketiga terletak di sudut mata medial. Kelopak mata ini berbentuk “T” dari kartilago hialin atau elastic yang dibungkus oleh konjungtiva (plica semilaris conjungtivae). Permukaan kartilagi yang menghadap kelopak mata bentuknya cembung, sementara permukaan yang menghadap bulbus (cornea) berbentuk cekung. Kelopak mata ketiga mengandung jaringa kelenjar superficialis dan kelenjar profundus.
            Kelopak mata ketiga tidak terlihat pada beberapa species. Namun demikian, jika bola mata ditekan maka kelopak mata ketiga akan terdorong ke depan oleh lemak orbita. Pada burung pergerakan kelopak mata ketiga disebabkan oleh otot yang berkembang baik. Kucing adalah satu – satunya hewan sampai saat ini yang dinyatakan memiliki serabut otot pada kelopak mata ketiganya.
Konjungtiva
            Konjungtiva melekat dari kelopak mata atas atau bawah dan bulbus oculi dekat limbus bola mata (tempat sambungan kornea dan sclera). Konjungtiva membentang dari permukaan dalam kelopak mata (konjungtivae palpebralis) kemudian berbalik membentuk  lipatan (forniks konjungtiva). Selanjutnya, dari forniks ke bola mata disebut conjungtivae bulbi. Konjungtiva berwarna pink atau merah nuda karena adanya vaskularis jaringan.
Apparatus Lacrimalis
            Apparatus lacrimalis meliputi glandula dan tubulus. Glandula utama pada mata adalah lakrimalis, glandula superficialis dan profundus kelopak mata ketiga dan glandula lakrimalis accessories.
Glamdula
            Glandula lakrimalis terletak didaerah dorsaleteral orbita. Glandula dapat dibagi atas dua bagian yaitu bagian yang berhubungan dengan kelopak mata dan bagian yang terletak di vebtral processus zygomaticus atau ligamentum orbitalis. Glandula lakrimalis bervariasi dapa berbagai hewan. Glandula lakrimalis accessories merupakan kelenjar tambahan pada beberapa hewan. Kelenjar ini menyebar di sekitar forniks konjungtiva.
Tubulus
            Puncta lakrimalis merupakan lubang tempat masuknya air mata ke canaliculi lakrimalis. Puncta lakrimalis ditemukan pada tepi bebas kelopak mata canthus medial. Dari canaliculi lakrimalis, air mata dibawa ke sacus lakrimalis dan melalui duktus nasolakrimalis, air mata dari sacus dibawa ke cavum nasi. Duktus nasolacrimalis melintas melewati permukaan orbita os lacrimalis dan maxilla sebelum masuk cavum nasi.
Periorbita dan fascia orbitalis
            Fascia mata membungkus semua isi orbita. Fascia orbita terdiri dari 3 lapis yaitu fascia superficialis, fascia profundus dan vagina bulbi. Fascia superficialis merupakan fascia terluar, tipis, berbentuk konus dan membungkus isi orbita. Fascia terluar ini adalah fasciae muskularis, berasal dari daerah perifer foramen opticus dan membentang ke depan. Fascia pertama ini memberi septa antar otot bola mata.
            Fascia profunda atau fascia intermedius adalah fasciae muskularis, berasala dari daerah yang sedikit di bawah faramen opticus dan fissure orbitalis. Fascia kedua ini terdiri dari 2 lapisan yantuu lapisan luaera dan lapisan dalam. Lapisan luar fascia kedua memebungkus rapat otot bola mata dan bergabung dengan fascia superficialis. Lapisan dalam fascia profunda membungkus dan melekat pada permukaan dalam otot bola mata. Terdapat timbunan lemak massif antara periorbita dan dinding orbita. Lemak ini meungkin ditemukan melebihi batas tulang orbita dan juga ditemukan di dekat tuber maxillae. Lemak demikian disebut corpus adiposum extraorbitalis. Lemak juga dideposit diantara otot dan antara fascia. Lemak ini disebut corpus adiposum intraorbitalis.
Otot Bola Mata
            Bola mata digerakkan oleh 4 otot recti, 2 otot obliges dan 1 otot retractor. Otot tersebut diantanya adalah sebagai berikut , M. rectus bulbi oculi lateralis, M. rectus bulbi oculi medialis, M. rectus bulbi oculi dorsali, M. rectus bulbi oculi ventralis, M. obligus bulbi oculi dorsalis, M. obliges bulbi oculi ventralis dan M. retractor bulbi oculi.




DAFTAR PUSTAKA
Wandia nengah, Anatomi aestesiologi (mata, telinga, kulit) reseptor I, 2010 
Bonnie J. Smith, Canine anatomy
Klaus Cleter Budras, Bovine Anatomy
R. Ashadown, Stanly, H. done, Color Atlas of  Veterinary Anatomi
READ MORE - Orbita dan Organ Accesorius Mata

rangkaian beberapa lampu dan dayanya


RANGKAIAN BEBERAPA LAMPU DAN DAYANYA
(RL.4)









Nama                                            : Ni Putu Frida Oktaningtias W.
NIM                                              : 0908105017
Kelompok                                     : 1
Tanggal                                         : 28 April 2010
Dosen                                           : Ida Bagus Paramarta, S.Si, M.Si
Pengawas/Pembimbing                : Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi
                                                                                      Gede Guntur Aditya Mertha






JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010

I.       TUJUAN
·        Dapat memahami tingkat terang dan redupnya lampu dan hubungannya dengan  daya yang diterima.
·        Dapat memahami dan menerapkan Hukum Kirchoff.

II.                DASAR TEORI
Rangkaian listrik merupakan suatu hal yang sangat penting karena memudahkan untuk mewakili suatu alat atau sistem. Adapun rangkaian listrik pada lampu dapat disusun secara seri, paralel dan gabungan seri-paralel dimana rangkaian tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
       Rangkaian Seri
Rangkaian seri merupakan rangkaian listrik yang disusun secara berhubungan (tertutup) dimana arus yang mengalir dalam masing-masing unsur atau sumber besarnya sama sehingga hanya ada arus tunggal yang mengalir dalam rangkaian tersebut.
Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel merupakan rangkaian listrik yang bertujuan untuk memperkecil hambatan, dengan beda potensial ditiap hambatan adalah sama namun kuat arusnya berbeda.                   
                                                                                
1.  Hukum Pertama Kirchoff
Hukum pertama Kirchoff (hukum titik cabang) berdasarkan atas kekekalan muatan. Hukum ini menyatakan ”Pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut”. Contohnya adalah pada gambar 2 dimana jumlah I1 dan I2 yang keluar harus sama dengan I yang masuk. Sehingga dapat dinyatakan dengan:
Suatu titik hubung dalam rangkaian adalah titik dengan tiga atau lebih unsur. Titik hubung rangkaian itu disebut simpul dan dapat digambarkan menjadi:
                        I2                                                     
Σ I masuk   =  Σ I keluar
 
 I1                                                                                     
 

              I4               I3
Gambar 4.  Titik Hubung Rangkaian
Bukti hukum arus Kirchoff tersebut sudah jelas karena dalam hal ini tidak ada muatan yang tertimbun dalam simpul dan tidak ada arus yang mengalir ke luar simpul menuju ke ruang bebas. Jadi paling sedikit harus ada satu jalur yang membawa muatan keluar simpul itu. Sehingga pada gambar jika satu atau lebih arus itu harus bernilai negatif dan jika ternyata arus yang sebenarnya mengalir berlawanan arah dengan tanda panah maka dikatakan bahwa arus itu arus negatif. Dalam penggunaan Hukum Kirchoff tampak bahwa arus disuatu simpul adalah nol jika diandaikan arah positif adalah arah arus yang menuju simpul dan negatif untuk arus yang meninggalkan simpul tersebut. Dapat dinyatakan dengan persamaan:  

                    I1 + I2 + I3 + I4 = 0.

Pembatasan berlakunya hukum Kirchoff ini adalah tidak boleh ada muatan yang tertimbun dalam simpul. Pengecualian penting untuk hukum ini terjadi jika simpul terletak di tengah-tengah kapasitor, karena muatan yang tersimpan dalam kapasitor tersebut akan membatalkan hukum ini.

2. Hukum Kedua Kirchoff
            Hukum Kirchoff II ini menjelaskan mengenai perubahan jumlah tegangan dalam suatu rangkaian tertutup (loop), bunyinya:
            Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol".
∑V = 0
            Gaya gerak listrik () dalam sumber tegangan menyebabkan arus listrik (I) mengalir sepanjang loop, dan arus listrik yang mendapat hambatan (R)  menyebabkan penurunan tegangan, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
+ ∑ IR = 0
“ Hasil penjumlahan dari jumlah ggl dalam sumber tegangan dan penurunan tegangan sepanjang rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol.”
Sebuah lampu akan menyala lebih terang apabila diberi tegangan yang lebih besar dari tegangan spesifikasi yang tertulis pada lampu. Hal itu dikarenakan arus yang mengalir pada lampu lebih besar sehingga daya disipasi (output) lampu lebih besar dari daya spesifikasinya. Demikian pula sebaliknya, jika lampu diberi tegangan yang lebih kecil dari tegangan spesifikasinya yang tertulis pada lampu maka lampu akan menyala lebih redup.


III. ALAT DAN BAHAN
Ø  Catu daya
Ø  Beberapa lampu pijar
Ø  1 Buah multitester
Ø  4 Buah amperemeter
Ø  2 Buah saklar
Ø  Kabel penghubung


IV.              LANGKAH PERCOBAN
Untitled-Scanned-01
ATAU

㿷ᛷɤ

Peralatan dirangkai separti gambar diatas. Sumber tegangan diatur < 4 volt.
1.      Saklar S1 ditutup dan S2 terbuka, lampu A dan B diamati. Lampu yang lebih terang…………………………………………………………...
2.      Saklar S1 terbuka dan S2 tertutup, lampu C dan D diamati. Lampu yang lebih terang…………………………………………………………...
3.      Saklar S1 dan S2 tertutup, lampu A, B, C, dan D diamati. Yang diamati……………………………………..………………………………….
4.      Saklar S1 dan S2 tertutup, arus diukur
Io = …………A           sehingga     I2 = …………….A
I3 = …………A                              I1 = ……………..A
5.  Saklar S1 dan S2 tertutup, tegangan jepit antara a dan b; c dan d ; e 
     dan f diukur : Vab =……......V ;  Vcd =……......V ; Vef = …….......V.            


V.    DATA PENGAMATAN
Saklar 1 (S1)
Saklar 1 (S2)
Lampu
Hasil
Ditutup
Dibuka
A dan B
Hidup (lampu A sama terang dengan lampu B)
Dibuka
Ditutup
C dan D
Hidup (lampu C lebih terang dari lampu D)
Ditutup
Ditutup
A,B,C dan D
Hidup (lampu A paling terang, lampu B, lampu C, lampu D paling redup)


·        Bila saklar S1 dan S2 tertutup, maka didapat nilai kuat arus (I) :
No
I0(A)
I1(A)
I2(A)
I3(A)
1
0,3
0,15
0,2
0,1
2
0,3
0,15
0,2
0,1
3
0,3
0,1
0,2
0,12
4
0,3
0,1
0,2
0,12
5
0,3
0,1
0,2
0,12

·        Bila saklar S1 dan S2 tertutup, maka tegangan jepit (V):
No
Vab
Vcd
Vef
1
2,75
1
0,5
2
2,75
1
0,5
3
2,75
1
0,5
4
2,75
1
0,5
5
2,75
1
0,5



VI.   PERHITUNGAN
 Perhitungan untuk daya (watt)
Daya pada lampu A (Pa)
     Diketahui     :  I1       =  0,15 A
                           Vab    =  2,75 Volt
      Ditanya       :   Pa     = .......watt
      Jawab        :   Pa     =   I1 x Vab
                                    =   0,15 x 2,75
                            Pa     =   0,4125 watt
      Dengan cara yang sama diperoleh:  
Percobaan ke-
Arus lampu A (I1) Ampere
Tegangan lampu A (Vab)
Daya pada lampu A (Pa)
1
0,15
2,75
0,4125
2
0,15
2,75
0,4125
3
0,1
2,75
0,275
4
0,1
2,75
0,275
5
0,1
2,75
0,275


Daya pada lampu B (Pb)
      Diketahui    :  I2       =  0,2 A
                           Vab    =  2,75 Volt
      Ditanya       :   Pb     = .........watt
      Jawab        :   Pb     =   I2 x Vab
                                    =   0,2 x 2,75
                            Pb     =   0,55 watt
Dengan cara yang sama diperoleh:        
Percobaan ke-
Arus lampu B (I2) Ampere
Tegangan lampu B (Vab)
Daya pada lampu B (Pb)
1
0,2
2,75
0,55
2
0,2
2,75
0,55
3
0,2
2,75
0,55
4
0,2
2,75
0,55
5
0,2
2,75
0,55


Daya pada lampu C (Pc)
      Diketahui    :  I3       =  0,1 A
                           Vcd    =  1 Volt
      Ditanya       :   Pc     = .........watt
      Jawab        :   Pc     =   I3 x Vcd
                                    =   0,1 x 1
                            Pc     =   0,1 watt
      Dengan cara yang sama diperoleh:  
Percobaan ke-
Arus lampu C (I3) Ampere
Tegangan lampu C (Vcd)
Daya pada lampu C (Pc)
1
0,1
1
0,1
2
0,1
1
0,1
3
0,12
1
0,12
4
0,12
1
0,12
5
0,12
1
0,12


Daya pada lampu D (Pc)
      Diketahui    :  I3       =  0,1 A
                           Vef     =  0,5 Volt
      Ditanya       :   Pd     = .........watt
      Jawab        :   Pd     =   I3 x Vef
                                    =   0,1 x 0,5
                            Pd     =   0,05 watt
      Dengan cara yang sama diperoleh:  
Percobaan ke-
Arus lampu D (I3) Ampere
Tegangan lampu D (Vef)
Daya pada lampu D (Pd)
1
0,1
0,5
0,05
2
0,1
0,5
0,05
3
0,12
0,5
0,06
4
0,12
0,5
0,06
5
0,12
0,5
0,06


VII.   RALAT KERAGUAN
1.      Ralat untuk arus (ampere)
·      Ralat untuk arus sumber (I0)
I0
0,3


0,3
0
0
0,3
0
0
0,3
0
0
0,3
0
0
0,3
0
0

Σ = 0

Δ I = 
                         =   == 0
A
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%


·           Ralat untuk arus pada lampu A ()
0,15
0,12
0,03
9 x 10-4
0,15
0,03
9 x 10-4
0,1
-0,02
4 x 10-4
0,1
0
4 x 10-4
0,1
0
4 x 10-4

= 0,012
A
Ralat nisbi = 10%
Kebenaran praktikum = 100% - 10% = 90%


·           Ralat untuk arus pada lampu B ()
0,2
0,2
0
0
0,2
0
0
0,2
0
0
0,2
0
0
0,2
0
0


0
A
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% =  100%


  • Ralat untuk arus pada lampu C dan D ()
0,1
0,112
-0,012
1,44.10-4
0,1
-0,012
1,44.10-4
0,12
0,008
6,4.10-5
0,12
0,008
6,4.10-5
0,12
0,008
6,4.10-5

4,89.10-3
A
Ralat nisbi = 4,37%
Kebenaran praktikum = 100% - 4,37% = 95,63%

1.         Ralat untuk tegangan (Volt)
·        Ralat untuk tegangan pada lampu A dan B ()
2,75
2,75
0
0
2,75
0
0
2,75
0
0
2,75
0
0
2,75
0
0


0
A
Ralat nisbi =
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%


  • Ralat untuk tegangan pada lampu C ()
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0


volt
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%
                                                                                                  
  • Ralat untuk tegangan pada lampu D ()
0,5
0,5
0
0
0,5
0
0
0,5
0
0
0,5
0
0
0,5
0
0


volt
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%





  1. Ralat untuk daya (wattt)
  • Ralat untuk daya pada lampu A ()
                =
                =
                =
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%

  • Ralat untuk daya pada lampu B ()
               =
               =
               =
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100 %

  • Ralat untuk daya pada lampu C ()
                            =
                            =
                            =
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0%= 100%

  • Ralat untuk daya pada lampu D ()
                           =
                           =
                           =  
Ralat nisbi = 0%
Kebenaran praktikum = 100% - 0%= 100%



VIII.   PEMBAHASAN
      Pada percobaan rangkaian beberapa lampu dan dayanya bertujuan untuk dapat memahami tingkat terang dan redupnya lampu dan hubungannya dengan daya yang diterima serta untuk dapat memahami dan menerapkan Hukum Kirchoff. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah catu daya, beberapa lampu pijar, satu buah multitester, empat buah amperemeter, dua buah saklar, dan kabel penghubung.
Pada praktikum ini diperoleh nilai I dan V untuk tiap-tiap lampu, pada rangkaian seri dan paralel. Dari data tersebut dapat dicari besarnya nilai daya pada tiap-tiap lampu dengan rumus P = V.I
Dari hasil perhitungan diperoleh daya listrik pada lampu A adalah 0,4125 Watt. Sedangkan pada lampu B memiliki daya lampu sebesar 0,55 Watt, lampu C sebesar 0,1 Watt, dan pada lampu D, daya listriknya sebesar 0,05 Watt. Sehingga nilai P pada masing-masing lampu yaitu B>A>C>D. Dan dari pengamatan pada nyala lampu, diperoleh hasil yang berbeda pada saat saklar 1 dan 2 ditutup, lampu A yang menyala paling terang dibandingkan lampu B, C, dan D.
Untuk membuktikan hukum kirchoff I  yaitu  I0 = I1 + I2 + I3, tidak ditemukan hasil yang sesuai karena I0= 0,3 lalu untuk I1 ;I2 ;I3 berturut-turut adalah 0,15 A; 0,2 A; dan 0,1 A.  Sementara untuk nilai V  seharusnya memenuhi persamaan V = Vab = Vcd+Vef. Tetapi dalam praktikum, juga tidak didapatkan hasil yang sesuai, karena Vab ≠ Vcd+Vef, yang mana Vab= 2,75 volt, Vcd= 1 volt dan Vef= 0,5 volt.
Perbedaan hasil yang diperoleh dengan konsep yang terdapat pada literatur dapat terjadi karena kesalahan dalam pembacaan skala tegangan yang terdapat pada alat multitester dan kondisi lampu yang kurang stabil.


IX.    KESIMPULAN
1.      Hukum I Kirchoff dapat digunakan untuk mengetahui nyala lampu redup jika dipasang seri dan terang jika dipasang paralel.
Terang lampu A > lampu B > lampu C > lampu D.
2.      Tingkat terangnya lampu ditentukan oleh daya yang diterima atau arus yang melewati lampu.
3.      Daya listrik pada lampu A adalah 0,4125 Watt. Sedangkan pada lampu B, daya listriknya sebesar 0,55 Watt, lampu C sebesar 0,1 Watt, dan pada lampu D, daya listriknya sebesar 0,05 Watt.
4.      Perbedaan hasil yang diperoleh dengan konsep yang terdapat pada literatur dapat terjadi karena kesalahan dalam pembacaan skala tegangan yang terdapat pada alat multitester dan kondisi lampu yang kurang stabil.






















DAFTAR PUSTAKA

Mismail, Budiono. 1995. Rangkaian Listrik Jilid Pertama. Bandung : Penerbit ITB.

Paramarta, Alit. 2004. Fisika Dasar II. Bukit Jimbaran : Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Udayana.

Sears, Francis dan Zemansky, Mark. 1994. Fisika untuk Universitas II Listrik, Magnet. Jakarta : Bina Cipta.

Soeharto, Drs. 1996. Panduan  Mahasiswa Fisika Dasar II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


READ MORE - rangkaian beberapa lampu dan dayanya